CERITA SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA

Pagi buta yang masih diselimuti kegelapan, Nasrullah,
seorang siswa SMK Nurul Huda Baros yang juga santri di Pondok Pesantren Nurul
Huda, Baros, memulai hari dengan langkah ringan menuju masjid pesantren. Langit
masih terangkat ketika Nasrullah bergabung dengan kelompok santri yang sudah
berkumpul untuk melaksanakan shalat tahajud. Suara bacaan Al-Quran dan dzikir
mengisi ruang masjid, menciptakan atmosfer yang tenang dan khusyuk.
Setelah tahajud selesai, santri pesantren beranjak untuk
melaksanakan shalat subuh berjamaah. Suara adzan yang merdu memecah keheningan
pagi, memanggil semua santri untuk bersama-sama mengingat Allah. Nasrullah
duduk di barisan depan masjid, menjalani ritual shalat subuh dengan hati yang
penuh keikhlasan.
Setelah shalat subuh, bunyi lonceng dari masjid membunyikan
panggilan untuk mengaji kitab kuning. Nasrullah segera beranjak dari sajadahnya dan berlomba-lomba menuju tempat
paling depan. Di hadapan guru pengajar, Nasrullah dan teman-teman belajar
dengan semangat, mengejar ilmu agama yang menjadi pondasi kehidupan mereka.
Usai pengajian, Nasrullah
dan teman-teman di pesantren bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Mandi,
sarapan, dan persiapan menjadi rutinitas yang dijalani dengan penuh semangat. Nasrullah
memasuki hari sekolahnya dengan harapan untuk menambah kemampuan dan
pengetahuan di bidang vokasi yang dipelajarinya di SMK Nurul Huda Baros.
Pada waktu
dzuhur, adzan kembali berkumandang, memanggil santri untuk berkumpul di masjid
pesantren. Shalat dzuhur berjamaah menjadi momen ketenangan di tengah
kesibukan harian. Setelah shalat, Nasrullah kembali ke sekolah, melanjutkan
pelajaran hingga jam 13.00.
Setelah pulang sekolah, Nasrullah dan teman-temannya
istirahat sejenak, makan siang, dan berbincang santai. Waktu ashar tiba, mereka
menghentikan aktivitasnya untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah di masjid
pesantren. Setelah shalat, mereka kembali ke kelas pengajian kitab kuning.
Saat matahari mulai meredup, santri pesantren mengantre
untuk mengambil makan malam. Setelah itu, mereka bersiap-siap untuk
melaksanakan shalat magrib berjamaah dan dzikir. Nasrullah, dengan hati yang
lapang, mengikuti setoran hafalan Al-Quran dan mengikuti tadarus bersama
teman-teman.
Waktu berjalan hingga larut malam, tapi semangat santri
pesantren belum surut. Nasrullah dan teman-temannya kembali melaksanakan shalat
Isya berjamaah, diikuti oleh sesi dzikir dan menuju pengajian malam. Hingga
pukul 21.30, mereka mudzakarah dan muthalaah pelajaran, menambah
pengetahuan agama dan membahas berbagai isu kehidupan.
Setelah itu, Nasrullah bersiap-siap untuk tidur, mengejar
waktu untuk shalat malam. Kelelahan hari yang penuh dengan perjuangan menjadi
pendorong tidur yang pulas. Di tengah kegelapan malam, Nasrullah dan ratusan santri pesantren lainnya beristirahat, siap untuk menyambut pagi baru yang
penuh makna di pondok pesantren, tempat yang menjadi ladang perjuangan untuk
menapaki jalan hidup yang benar.
0 Comments